Dears, setelah menuangkan isi kepala ke dalam bentuk tulisan, ternyata tugas kita sebagai penulis belum selesai. Ada tahapan selanjutnya yang perlu kita lakukan. Jika proses ini tidak kita lakukan dengan sungguh-sungguh, maka maksud dari tulisan kita tidak akan ditangkap dengan baik oleh pembaca.
Menurut Lia Susanto, seorang editor sekaligus penulis aktif, dalam sebuah ulasan di channel YouTube kepenulisan, setidaknya ada enam tahapan yang mesti kita lakukan dalam aktivitas menulis, yaitu :
1. Cek susunan naskah
Setelah naskah ditulis, sebaiknya endapkan tulisan minimal tiga jam. Kemudian, tulisan dibaca kembali. Pada saat ini, posisikan diri kita sebagai editor bagi naskah yang telah dibuat. Bacalah secara keseluruhan. Jika ada gambar, tabel ilustrasi, pastikan posisinya tepat. Hal yang juga perlu diperhatikan adalah keterkaitan antara pembuka, isi, maupun penutup.
2. Gaya bahasa
Sebagai penulis, kita tentu tahu target pembaca yang akan kita bidik. Kalangan anak-anak, ibu-ibu, kalangan olshoper atau civitas akademik. Contoh, jika target pembaca kita anak-anak, maka perlu menghindari kalimat kasar dan sulit dipahami oleh mereka. Jadi, kita diusahakan untuk kritis ketika memeriksanya kembali.
3. Susunan kalimat hingga paragraf
Ketika menuangkan isi kepala ke dalam tulisan, terkadang kita kurang memperhatikan alur kalimat, susunan subyek, prediket dan obyek, pokok pikiran, dan lain-lain.
Nah, pada saat memeriksa kembali tulisan ini, jangan sampai ada kalimat ambigu, rancu, dan terlalu panjang. Sehingga, pesan kita tidak tersampaikan.
4. Perhatikan alur dan logika
Ketika membaca ulang dan mengatur naskah, yang telah ditulis, kita perlu memperhatikan alur agar berkesinambungan, tidak melompat dan bisa diterima logika. Tentunya disesuaikan dengan riset yang telah dilakukan saat menulis.
5. Editorial
Pada saat ini, sebaiknya kita melakukan ketika pikiran sedang tenang. Karena membutuhkan ketelitian yang cukup menyita perhatian. Kita harus menyisir tulisan pelan-pelan. Memperhatikan preposisi, penempatan koma, kata baku, pengulangan kata, narasi dialog, dan dialog tag. Penggunaan kata pun dan -lah. Penggunaan kata penghubung, serangan aku, -nya, dan lain-lain.
6. Konsistensi
Biasanya, jika kita menulis naskah yang tebal seperti buku, kita akan sering lupa dengan konsistensi. Misalnya, penggunaan kata sapaan, kata ragam percakapan. Contohnya, kata enggak, nggak, dan gak. Penulisan ini berguna untuk konsistensi karakter pada naskah yang membutuhkan dialog.
Dears, memeriksa tulisan, tidak cukup dilakukan hanya sekali saja. Minimal kita melakukan tiga kali pemeriksaan untuk naskah pendek. Hal ini dilakukan karena terkadang mata kita lelah. Jadi, perlu disegarkan kembali. Jika diperlukan, kita bisa membacanya dengan suara keras, agar telinga bisa mendengar, apabila ada tanda titik dan koma yang salah penempatan. Nah, tulisan yang rapi, akan meningkatkan kredibilitas kita sebagai penulis.
Selamat menulis. Nah, agar kita bisa konsisten dalam menulis, ada baiknya bergabung dengan komunitas, yang selalu membuat kita termotivasi untuk menghasilkan karya tulis.
#UmmuMQZ
#BelajarMenulis
Terima kasih ilmunya Bu....semangat berkarya
BalasHapusSama2 Pak. Aamiin ya Allah.
HapusTampilaan Blognya keren.. isi tulisannya pun mantaap
BalasHapusAlhamdulillah... Semoga semakin lebih baik Bu. 🙏 Ini ilmu dari pak Supadilah
HapusAlhamdulillah, terima kasih pak. 🙏
BalasHapus