Bawa Buku

Siang itu, langit terlihat mendung. Sepertinya hujan akan segera turun dengan deras. Aku bersama teman-teman satu bus besar, sedang menuju salah satu kampus ternama di pulau Jawa. Kami dijemput oleh kendaraan itu di hotel tempat menginap.

Agenda kami adalah kunjungan dan diskusi singkat. Jadwal telah direncanakan. Hatiku berbisik, sepertinya kami akan terjebak beberapa waktu di dalam bus karena hujan deras. Benar saja, beberapa waktu kemudian, hujan mulai turun. 

Aku kembali larut dengan buku bacaan yang berada di tanganku. Mataku tertuju pada barisan huruf.

"Aduhh ... Yen," sapa seorang ibu yang duduk tepat di belakang kursiku. 

"Ya, Buk ...." Aku menoleh ke belakang.

"Kamu ya, _holiday_ begini masih sempat-sempatnya bawa buku bacaan." Ibu itu menggeleng-gelengkan kepalanya. 

Aku sedikit salah tingkah. Apa ini sebuah kesalahan, ya. Hm ... aku hanya terdiam dan sedikit tersenyum.

"Menurut Ibu ya, kalau liburan .... Waktunya santai dong. Simpan dulu deh, buku bacaan," wanita berwajah ramah itu berbicara dengan penuh semangat. 

Aku tersenyum dan kembali duduk. Memilih diam, dan tidak menjawab.

" Are you Ok?" tanya teman perempuan di sampingku. --Teman berdialog bahasa Inggris, dalam beberapa waktu selama perjalanan.--

"Yes, I am OK," jawabku sambil tersenyum. 

Teman perempuan di sampingku itu memberi senyum semangat. Pernyataan sang ibu tadi ingin kujawab, bahwa melihat barisan huruf itu membuat aku kembali semangat, di sela-sela padatnya agenda perjalanan.

Energi baru hadir begitu saja, setelah berakrab sejenak dengan deretan huruf yang tersusun di atas kertas. Hm ... setelah dipikir-pikir, sepertinya aku tak perlu menjelaskan pada beliau. Bukankah setiap orang punya prinsip yang berbeda. Ya, sudahlah. Aku menyimpan buku yang berada di tangan ke dalam tas. Sesaat kemudian, memandangi aktivitas manusia di luar  kendaraan yang kami tumpangi.
Yennita Rahmi

Seorang perempuan yang selalu belajar dan menggali potensi untuk menebar manfaat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama